Kamis, 20 Oktober 2011

Ku Titipkan Impianku Padamu - #3

"Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam/Ulang tahun(?) semua :D hahahaha,akhirnya setelah sekian lama saya vakum kembali mebawa cerita ni :) Sebelumnya, bagi yg punya tugas buat cerpen, alangkah baiknya jangan sembarang meng-copy. Hmm , gini.. saya susah-susah bikinnya, sampe saya tidur jam 2pagi! bayangin!! karena hari itu juga saya harus sekolah jadi, saya hanya punya waktu tidur 3 jam *.* (sorry, kalo curhat).. :P
Well.. Happy reading :)"

Sore itu, Alisya meminta Alenna untuk datang ke rumahnya.
            “Masuk.”, sahut Alisya. Mereka menaikki tangga, dan sampai di kamar Alisya.
            “Kok lo pucet Sya? Lo sakit?”,tanya Allena kala itu.
            “Hm?Kayaknya gue kebanyakan latian deh.”,jawab Alisya memegang dadanya.
            “Jangan lupa istirahat! Bokap lo ga ada Sya?”, tanya Alenna,ia duduk di kursi komputer.
            “Habis nemenin gue check-up dia pergi, nah jadi mana kaset gue?”, tanya Alisya tanpa basa-basi.
            “Gue uda nyari kaset lo di gedung latian, seperti yang lo pinta tapi kaset lo ga ada di sana Sya, lo tinggalin dimana sih? di atas speaker kan? ”, jawab Alenna menggaruk-garuk kepalanya.
            “Maksud lo? Hilang?! God!Sebulan lagi lombanya! Mana gue ga ada copyannya lagi! “, Alisya memijat-mijat kepalanya pelan. Allena tak mau berkomentar.
            “Ha! Gue inget Na ! waktu gue latian pagi di sana, ada cowok pake sweater merah tiba-tiba masuk ke dalam gedung!”, sahut Alisya tiba-tiba.
“Cowok? Jam 4 ? ke gudeng latihan? Hmm..Besok deh gue coba tanyain ke Miss Suzy deh. Dia dosen gue, kunci gedung ada di dia. Ntar gue tanyain siapa yang pinjem kunci gedung latian terakhir kali. Mungkin aja bisa ngebantu.”, kata Allena panjang lebar. Alisya membelalakan matanya dan mengembangkan senyumnya, dia lalu memeluk Alenna erat-erat.
            “Thanks banget Na, lo sahabat gue yang paliiiing baik.”, kata Allisya.
            “Iyaa, lo pikir buat apa kita tetangaan 3 tahun lebih.”, jawab Allena tersenyum.
                                                                        ****
            Ruangan itu dipenuhi bau obat, disana berjejer alat-alat medis dan segala poster kesehatan terpampang diruangan itu. Disaat yang sama, Pak Brata menghadap seorang dokter.
            “Bagaimana Dok dengan kesehatan anak saya?”,tanya Pak Brata pelan.
            “Apakah akhir-akhir ini Alisya melakukan aktivitas berat?”,tanya sang Dokter.
            “Dia hanya bersekolah, les pun tidak saya izinkan. Kenapa Dok apa yang terjadi?”,kata Pak Brata tak sabar.
            “Kesehatanya semakin memburuk, Ginjanya sudah rusak parah,kita tidak bisa membiarkan Alisya kesakitan, kita harus segera melakukan operasi transpalasi ginjal.”, jelas sang Dokter. Pak Brata terhenyak.
            “Berapa kemungkinan berhasilnya Dok?”,Pak Brata menatap nanar sang Dokter.
“Kemungkinanya hanya 30% Pak. Setelah ini Bapak harus memeriksakan apakah ginjal bapak cocok atau tidak dengan Alisya.Bagaimana keputusan Bapak?”,jawab Dokter lirih.
Pak Brata hanya bisa terdiam, gagalkah dia sebagai Ayah? Apakah dia harus membiarkan Alisya mengalami kesakitan atau membiarkan Alisya menantang maut dalam operasi itu. Entahlah, Pak Brata tidak bisa mengerti, dia hanya bisa tertunduk sambil mengingat senyuman putrinya.

****

            Rasa penasaran Alisya sedikit tertutupi,hari itu Allena membawa informasi penting mengenai keberadaan kaset miliknya. Allena sudah mengetahui cowok yang dimaksudkan oleh Alisya. Mereka asyik ber-BBM ria, memperbincangkan cowok bernama Evano Fathan Hakim, mahasiswa seni tari semester 2, yang diduga tahu keberadaan kaset Alisya. Sayangnya Allena, tak mengetahui pasti orangnya karena Allena adalah mahasiswi seni musik semester pertama.
            Maka, Allena berusaha membantu Alisya, menemukan orang yang dipanggil Evano itu.
Dia bertanya dengan teman-teman dan kakak-kakak tingkat yang dikenalnya. Dan akhirnya, dia menemukann nomor handphone Evano dan Alisya memintanya.
                                                                        *****
            “Mau kemana kamu?”,tanya seorang bapak yang terlihat marah, saat Nadean hendak meninggalkan rumahnya.
            “Latian nari Yah.”,jawabnya datar, di pikirannya hanya satu meninggalkan tempat itu.
            “Nadean! Kamu itu sebentar lagi mau kuliah! Berhenti melakukan sesuatu yang ga ada gunanya! Kamu itu harus belajar dan masuk Kedokteran!”,bentak Ayah Nadean.
            “Ayah! Dean ini bukan anak kecil! Aku ga suka dipaksa! Aku cuma mau jadi penari internasional Yah! Itu yang Dean mau!.”, jawab Nadean tak kalah tinggi nada suaranya.
            “Penari Internasional?kau pikir hidupmu akan terjamin!Itu cuma impian konyol! Kau anggap dirimu sudah dewasa? Kau masih kecil Dean! Masuk ke kamar dan belajar!”,bentak Ayah Dean lagi.
            “Ga mau! Dean mau latian nari!!”,jawab Dean kasar, dia lantas berlari keluar rumah. Tidak menghiraukan jeritan Ayahnya, menghidupkan motor matic ungu muda-nya dan berlalu pergi.
“Dasar Ayah egois!”, Dia menyetir sambil terisak, dan tidak tahu bahwa hari ini, hidupnya akan berubah total. Dia mengemudi dengan kecepatan tinggi melewati begitu saja motor-motor yang berlalu di jalan itu. Namun saat dia berbelok, dia lupa mengurangi kecepatannnya, sebauh mobil juga melaju dengan kecepatan tinggi, Nadean berusaha menghindari mobil itu, dia pun tersungkur pinggir jalan, tangan dan kakinya terseret di aspal panas itu. Kepalanya terbentur,  banyak pasir kerikil menyerbu mukanya. Darah bercucuran, di sekelilinginya perlahan menjadi gelap. Nadean kelihangan kesadaran.
*****
            Evano sekarang tengah berdiri di depan gedung latihan, sebuah pesan singkat yang didapatnya tadi pagi, mengatakan bahwa sang pengirim ingin bertemu dengannya sore ini di gedung dan mengaku sebagai Nay, pemilik kaset WING. Tak lama ia melihat seorang perempuan bersweater merah marron datang mendekat.
            “Balikkin kaset gue.”, Alisya menggulurkan tangan kanannya tanpa basa-basi.
            “Jadi emang lo,ya?Lo tau dari mana nomor hape gue?”,tanya Evano sambil memainkan kotak disk bertuliskan WING di gengamannya.
            “Jangan banyak tanya cepet balikkin kaset gue.”,Alisya beranjak dari tempatnya ,dia mencoba meraih disk itu. Evano buru-buru mengangkat tangannya.
            “Komplikasi lagu lo bagus, gimana kalo lo ikut lomba? Acaranya sebulan....”,kata Evano.
            “Gue tau! Kaset itu buat lomba! Gara-gara lo gue ga bisa latian !”, sela Alisya, dia menaikkan nada suaranya.
            “Jadi lo saingan gue?  Gimana jadinya ya kalo kaset ini gue patahin didepan muka lo..”,canda Evano sambil menepak-nepak pelan kaset itu ke telapak tangannya.
            “Balikin ga! Cepet balikin!”, Alisya mulai melompat-lompat meraih kaset digengaman Evano. Tetapi tiba-tiba matanya berkunang, dia memegang kepalanya, sekelilingnya mulai gelap, tubuhnya lalu terjatuh ,dia hilang kesadaran. Evano yang melihat itu, dengan sigap menangkap tubuh Alisya. Kini Alisya ada di dalam dekapan Evano.
                                                            ****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar